Skip to content
Home » Perencanaan Keuangan

Perencanaan Keuangan

Dalam buku perencanaan keuangan yang berjudul 28000, Sanjay Tolani membagi hidup manusia menjadi 4 fase. Jika harapan hidup manusia adalah 77 tahun, maka 28000 adalah jumlah hari dimana manusia hidup. Jika dibulatkan menjadi 80 tahun, Tolani membagi fase hidup manusia dalam 4 fase dimana tiap fase akan berlangsung selama 20 tahun.

Fase 1 (usia 0-20 tahun), merupakan usia manusia dimana aktivitasnya adalah bermain, belajar dan tamat universitas. Pada fase 1, umumnya manusia belum mempunyai penghasilan dan belum bekerja.

Fase2 (usia 21-40 tahun), merupakan usia produktif dimana mereka mulai bekerja, membeli rumah pertama dan mobil pertama, menikah dan mempunyai anak.

Fase 3 (usia 41-60 tahun), merupakan usia produktif dimana mereka umumnya mulai menyekolahkan anak, mempunyai mobil kedua dan mulai naik secara jenjang karir.  

Fase 4 (usia 61-80 tahun), manusi kembali ke fase 1 dimana umumnya sudah tidak mempunyai penghasilan aktif dan merupakan masa pensiun.

Jika direnungkan, fase mana yang paling penting dalam kehidupan kita ? Menurut pendapat saya, setiap fase adalah penting. Dari keempat fase tersebut, fase dimana kita mendapatkan income adalah fase 2 dan 4, sedangkan fase 1 dan fase 4 kita tidak mempunyai income. Artinya dari 28000 hari yang ada dalam fase manusia, kita hanya mempunyai 14000 hari (usia 21-60 tahun) untuk mewujudkan impian kita, impian pasangan kita, impian anak-anak kita. Oleh karena itu, kita butuh untuk perencanaan keuangan kita sejak awal.

Ketakutan dalam hidup manusia, diantaranya adalah :

1. Bagaimana jika saya tidak mencapai usia 60 tahun ?

2. Bagaimana jika saya tidak bisa produktif lagi sebelum usia 60 tahun ?

3. Berapa banyak uang yang bisa saya siapkan untuk masa pensiun ?

4. Apakah saya sanggup menyiapkan dana untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak saya ?

Ketakutan pertama, bagaimana jika saya tidak mencapai usia 60 tahun ? Apa yang akan terjadi jika saya tidak berumur panjang ? Bagaimana dengan keluarga dan bisnis yang telah saya bangun ? Apa yang akan terjadi dengan pasangan dan anak-anak saya setelah saya telah tiada ? Apakah mereka akan mempunyai gaya hidup yang sama jika saya sudah tidak ada ? Di sisi lain, jika saya mempunyai bisnis, apa yang akan terjadi dengan bisnis saya ? Siapakah yang akan meneruskan bisnis saya ? Apakah bisnis saya masih akan berjalan tanpa kehadiran saya ?

Kita tidak bisa menyangkal kalau keluarga kita membutuhkan uang untuk mendukung kehidupan mereka sesuai dengan gaya hidup yang sudah ada. Kita juga tau kalau biaya hidup tiap tahun naik. Jadi berapa banyak uang yang perlu disiapkan untuk orang-orang yang kita cintai ? Di sisi lain, kita juga tau kalau untuk menjalankan bisnis diperlukan uang. Berapa uang yang diperlukan supaya bisnis kita bisa tetap berjalan tanpa kehadiran kita ? Hanya kita yang mengetahui jawabannya.

Untuk ketakutan kedua, bagaimana jika saya tidak bisa bekerja sebelum saya mencapai usia 60 tahun ? Faktor apa yang menyebabkan kita tidak bisa bekerja dan tidak mempunyai penghasilan ? Hal ini yang kita sebut sebagai resiko hidup, seperti jatuh sakit atau kecelakaan sehingga menjadi cacat. Apakah kita setuju, sepanjang kita sehat, kita bisa bekerja dan mempunyai penghasilan ? Tetapi bagaimana jika sakit dan tidak mempunyai penghasilan lagi, apakah kita bisa tetap bekerja dan mempunyai penghasilan ? Jika jawabannya adalah tidak, bagaimana dengan keluarga saat kita tidak mempunyai penghasilan lagi ? Apakah kita setuju, apapun yang terjadi kita masih memerlukan uang untuk melanjutkan hidup dan mempertahankan gaya hidup yang sudah ada ? Apa yang perlu kita lakukan ?

Pengganti Penghasilan

Kita perlu mempunyai pengganti penghasilan jika kita sakit atau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap. Misalnya, jika kita sekarang mempunyai penghasilan Rp.20 juta per bulan (Rp. 240 juta per tahun). Ketika sakit, penghasilan tersebut akan berhenti. Kehidupan masih akan berlanjut dan kita masih butuh uang untuk pasangan kita, anak kita, membayar cicilan, biaya pendidikan dan lain sebagainya. Bisa bayangkan apa yang akan terjadi jika kita tidak mempunyai penghasilan ? Pertanyaannya adalah berapa banyak uang yang diperlukan untuk menggantikan penghasilan kita jika kita sakit ?

Bagaimana cara kita menyelesaikan ketakutan ketiga ? Berapa banyak uang yang diperlukan untuk pensiun ? Salah satu caranya adalah menyisihkan dana sebesar 20% dari penghasilan kita. Jika kita mempunyai penghasilan 240 juta setahun, kita bisa menyisihkan 48 juta. Seiring dengan bertambahnya usia kita, persentase yang kita sisihkan dari penghasilan perlu semakin bertambah. Misalnya 25% pada saat usia kita 30 sampai 40 tahun, 30% saat usia 41-50 tahun dan 40% saat usia 51-60 tahun.

Kenapa seiring dengan bertambahnya usia kita perlu menaikkan persentase uang yang disisihkan ? Karena kita membutuhkan waktu untuk mengembangkan uang kita. Semakin sedikit waktu kita untuk mencapai impian kita, semakin banyak kita perlu untuk menabung uang kita. Berapa banyak uang yang mau kita sisihkan untuk memastikan kita punya masa pensiun yang menyenangkan ?

Ketakutan keempat adalah bagaimana kita menyiapkan dana pendidikan anak ? Jika kita sehat dan bisa bekerja, tentu saja kita bisa mempersiapkan dana pendidikan bagi anak kita. Masalah muncul jika kita sakit, sehingga dana pendidikan belum ada dan menyebabkan kemungkinan anak kita putus sekolah. Pertanyaannya adalah berapa uang yang dibutuhkan untuk dana pendidikan anak ?

Apakah kita setuju kalau keempat ketakutan itu adalah masalah dalam hidup kita ? Setiap orang mempunyai ketakutannya masing-masing dan mempersiapkan perencanaan keuangan untuk mengatasi ketakutan tersebut. Anda bisa menghubungi konsultan keuangan untuk perencanaan keuangan Anda.

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
error

Enjoy this blog? Please spread the word :)

Instagram
× Whatsapp Me..